Sifat mustahil Allah artinya sifat kekurangan yang tidak mungkin dimiliki Allah. Ada 5 sifat mustahil Allah: Adam, hudus, fana, Mumasalatu lilhawadisi, ihtaju lighairihi.
Berikut ulasannya:
Adam
artinya tidak ada. Allah tidak mungkin tidak ada. Kalau ada yang beranggapan Allah tidak ada karena tidak dapat dilihat dengan mata, maka anggapan itu salah. Karena Allah memang tidak terlihat wujud-Nya. Namun Allah dapat dilihat dari ciptaan-Nya, yaitu alam dan semua makhluk yang ada di dalamnya. Kalau Allah tidak ada, maka bagaimana alam ini bisa ada? Alam semesta tidak mungkin ada tanpa ada yang menciptakannya, yaitu Allah.
Hudus
artinya baru. Mustahil bagi Allah bersifat baru diadakan karena Allah Maha terdahulu (qidam). Allah pun bersikap kekal, sehingga kalau Allah bersifat baru maka Allah akan mengalami kerusakan. Zat yang bersifat Hudus adalah ciptaan Allah, misalnya manusia. Pada awalnya kita tidak ada di dunia ini. Orang tua kita menikah lalu kita dilahirkan. Namun Allah bukanlah makhluk (yang diciptakan). Allah adalah khalik (yang menciptakan). Allah ada tanpa ada permulaan.
Fana'
artinya bisa rusak atau tidak kekal. Allah bersifat abadi dan kekal selamanya. Mustahil Allah bersifat rusak sekalipun alam semesta beserta isinya hancur binasa. Allah tidak akan sakit, rusak, atau mati seperti manusia. Kalau Allah bersifat Fana' maka bagaimana dengan alam ini? Pastilah akan rusak juga karena tidak ada lagi yang mengatur dan memeliharanya. Sesungguhnya Allah tetap kekal abadi.
Mumasalatu lilhawadisi
artinya sama dengan makhluk-Nya. Mustahil bagi Allah menyerupai makhluk-Nya. Makhluk Allah memiliki banyak kelemahan. Makhluk penglihatannya terbatas. Sedangkan Allah maha sempurna, maha melihat, maha mendengar, dan maha kekal. Pencipta segala sesuatu tidak mungkin sama bentuk maupun sifatnya dengan yang diciptakan. Seperti pembuat mobil yang tidak sama dengan mobil yang dibuatnya. Begitupun Allah, tidak sama dengan ciptaan-Nya. Apabila Allah sama dengan ciptaan-Nya, tentu memiliki kelemahan dan tidak patut disembah.
Ihjatu Ligairihi
artinya bergantung atau membutuhkan orang lain. Mustahil bagi Allah membutuhkan bantuan makhluk-Nya. Allah adalah tempat seluruh makhluk-Nya meminta pertolongan. Jika Allah berfirman, "jadilah!" Maka jadilah kehendak-Nya. Tidak seperti manusia. Manusia selalu membutuhkan orang lain. Meski ia orang kaya, ia tetap membutuhkan pembantu, sopir, dan pengawal. Sedangkan Allah tidak memerlukan bantuan siapapun.