Nilai-Nilai Budaya Demokrasi dalam Keluarga

Aktualisasi nilai-nilai demokrasi di tengah pergulatan keluarga kontemporer dewasa ini bisa diwujudkan, misalnya:
  1. Melalui prinsip penegakan rule of law yang disepakati bersama. Sebagai contoh, sebuah keluarga bisa saling mematuhi jadwal jam belajar keluarga, jam menonton tayangan televisi, maupun pola pengaturan waktu, "sistem pekerjaan kerumahtanggaan".
  2. Selain penegakan rule of law, nilai musyawarah juga bisa sejak dini diwujudkan dalam sebuah keluarga. Sebagai contoh ideal, kita bisa belajar dari model keluarga Nabi Ibrahim, yakni ketika Ibrahim mendapat perintah melalui mimpi dari Allah untuk menyembelih anaknya (Ismail). Pelajaran demokrasi menarik yang dapat kita ambil dari kisah Ibrahim itu adalah betapa Nabi Ibrahim tidak serta merta melaksanakan perintah, sekalipun itu berupa perintah metafisis dari Allah. Terlebih dahulu, Nabi Ibrahim berdialog dari hati ke hati dengan anaknya, Ismail. Perintah Allah saja mesti didialogkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan, apalagi sekedar perintah dari manusia biasa. Perintah yang disebut terakhir ini mestinya didialogkan secara lebih seksama dan terbuka, khususnya sesama anggota keluarga. 
  3. Masing-masing anggota keluarga memiliki hak dan tanggung jawab yang sama. Bapak atau suami sebagai kepala keluarga mempunyai hak untuk ditaati selama tidak bertentangan dengan perintah Allah sekaligus memiliki tanggung jawab yang setimpal untuk melindungi atau mendampingi dan menafkahi segenap anggota keluarga. Demikian pula, para ibu atau istri memiliki hak untuk dilindungi atau didampingi dan dinafkahi oleh bapak atau suami, tetapi juga sekaligus memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Selain itu, ibu dan istri dan bapak atau suami juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak, melindungi dan menyayangi anggota keluarga lainnya.