Melihat tingkah kedua remaja itu,
ditambah dengan ajakannya yang menggoda, serta musik pengiringnya yang merangsang penumpang-penumpang yang banyak itu puntergelitik ikut menari. Semua mereka sekarang menari. Anak gadis yang duduk di sebelahku mungkin tergoda pula untuk menari. Dia menoleh kepadaku dan berkata ,”Mari kita ikut menari, Pak.” “Taklah. Badan Bapak masih terasa sakit.
Kau saja-lah yang menari.”
“Tapi tak ada pasangan yang tersiksa
untukku. Ayo-lah! Temani saya. Tak apalah
sakit-sakit sedikit. Apa kata anak muda itu?
Lupakan sejenak segala duka! Ayo. Mari sejenak kita ikut berlupa-lupa.”
“Bapak tidak pantas menari bersamamu. Malu dilihat orang. Apa kata mereka nanti? Si tua yang tak tahu ditua-nya!”
“Semua seorang sekarang ini sedang gila
menari! Tak pantas kalau tak ikut menari di
tengah orang yang sedang menari. Ayolah, Pak! Ayolah! Malu bukanlah milik orang sekarang ini. Ayolah. Lupakan sejenak segala duka! Mari bergembira.” Ditariknya tanganku.
“Saya ingin sekali menari di atas kereta rel
listrik yang sedang berjalan. Bagaimana rasanya melenggok di atas lantai yang bergoyang. Tak pernah saya temukan suasana gila seperti ini,
seumur-umur. Ayolah, Pak! Mumpung ada
orang yang mengambil inisiatif.”
Di atas Kereta Rel Listrik, Hamsad Rangkuti
Masalah yang diungkapkan dalam kutipan
cerpen tersebut adalah
Ajakan seorang gadis kepada tokoh “aku” untuk ikut menari.
Amanat yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah
Orang harus mempertimbangkan sesuatu sebelum melakukan perbuatan.