1. Beberapa saat yang lalu Badrun bersikeras ingin mencari kos-kosan dengan teman-temannya dari Semarang.
Pak Wiguna tidak setuju.
'Teman Badrun anak baik-baik, Pak. Bapak tidak usah khawatir," kata Badrun menyakinkan ibu bapaknya.
"Ibu tahu, Nak. Tapi Jakarta tidak sama dengan Semarang. Kalian belum tahu tempat kos kalian lingkungan seperti apa," kata Bu Wiguna
"Ibu ... please, Bu, "rengek Badrun.
"Ibu nggak setuju titik," bentak Bu Wiguna.
2. Saat itu pagi buta. Para petani menuju sawah yang terbentang luas di Kampung Kramat. Seorang pria setengah baya sudah lebih dahulu duduk di dangaunya. Dua orang pria, yang satu agak tua dan yang lain lebih muda kira-kira sepuluh tahun, menyusuri pematang menuju dangau tempat lelaki setengah baya duduk-duduk. Tampak lelaki setengah baya yang ternyata diketahui bernama Pak Sarif menyilakan duduk dua tamunya yang baru datang. Di depan dangau itu terdapat selokan yang airnya mengalir deras menuju salah satu sawah yang paling luas. Dua tamu Pak Sarif yang adalah bernama Dulhalim dan Marlan pemilik sawah yang dialiri air itu tampak menunjuk aliran air selokan sambil sekali-sekali tersenyum dan manggut-manggut diikuti senyum mengembang Pak Sarif.
Perbedaan pola pengembangan kedua teks cerita tersebut adalah
Teks 1 memunculkan masalah, Teks 2 menampilkan lokasi cerita
Pembahasan:
Perbedaan pola pengembangan kedua teks tersebut, yaitu pada teks 1 diawali dari sebuah penyelesaian, yaitu Pak Wiguna menyelesaikan pertengkaran antara Bu Wiguna dengan Badrun. Pada bagian berikutnya konflik antara Bu Wiguna dengan Badrun mengenai masalah tempat kos. Sedangkan pada teks 2, cerita diawali dengan sebuah pemunculan masalah, yaitu dengan merasa tidak adil Pak Marlan dengan Pak Sarif terhadap pembagian air yang dilakukan Pak Dulhalim. Tetapi akhirnya dapat diselesaikan dengan sebuah kesepatan pembagian air dan petugasnya Pak Marta.