Proses-proses Kebudayaan

Sehubungan dengan kemampuan masyarakat mengembangkan kebudayaannya maka kebudayaan dalam perkembangannya selalu mengalami beberapa proses. Proses tersebut dapat dilihat melalui pola-pola kebudayaannya, yaitu evolusi, difusi dan akulturasi.

1. Evolusi
Evolusi dikenal abad ke 19, merupakan pola perkembangan kehidupan kebudayaan yang dimulai dari bentuk yang rendah, hingga ke bentuk yang lebih tinggi. Orang yang pertama yang menerapkan ide evolusi pada perkembangan sosial yaitu H. Morgan, di mana dia menelusuri evolusi kebudayaan manusia secara berurutan mulai dari tingkat kekejaman, kebiadaban, hingga ke tingkat apa yang disebut peradaban. Semakin meningkat kontrol manusia atas kehidupannya melalui teknologi baru maka makin berkembang kebudayaan. Sehubungan dengan hal ini maka muncullah paham chauvinisme dan stereotype sosial, dimana bangsa-bangsa yang tingkat teknologinya sudah tinggi menganggap bangsa yang teknologinya sangat rendah sebagai bangsa yang terbelakang atau bangsa yang tidak beradab.
      Pendekatan evolusi lain dikemukakan oleh Julian Steward, yang menciptakan gagasan mengenai evolusi menurut garis lurus banyak atau multilinier. Menurut Steward ada tiga pendekatan utama untuk memahami perkembangan kebudayaan, yaitu(1) pendekatan teoritis evolusi kuno dan teori yang menganggap perkembangan evolusi menurut garus lurus, sebagaimana yang dikemukakan oleh Morgan, (2) pendekatan teoritis'relativitas kebudayaan' yang melihat perkembangan kebudayaan pada dasarnya berbeda-beda dan mencoba mengidentifikasikan ciri-ciri kebudayaan yang membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain, dan (3) pendekatan evolusi multilinear. Pendekatan ini melihat ada keteraturan persilangan kebudayaan yang berarti, tetapi keteraturan itu harus menyinggung seluruh manusia.

2. Difusi
Perkembangan kebudayaan sebagai akibat dari proses difusi merupakan akibat dari migrasi kelompok manusia di dunia ini. Kelompok-kelompok manusia ini dalam rangka mencari penghidupan yang lebih baik biasanya akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dimana bersama dengan perpindahan ini turut menyebar pula unsur-unsur kebudayaannya. Sebagai contoh adalah kedatangan bangsa Belanda ke bumi Indonesia. Kepindahan atau penyebaran mereka ke Indonesia disertai pula dengan penyebaran unsur-unsur kebudayaannya, misalnya agama kristen, bangunan bergaya Eropa, bahasa, gaya hidup.
Akan tetapi, penyebaran kebudayaan ini juga bisa terjadi tanpa adanya migrasi dari kelompok, melainkan hanya merupakan akibat dari adanya individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan ke tempat yang lain. Hal ini biasanya dilakukan oleh para penyebar agama maupun pedagang. Contohnya adalah para pedagang dari Gujarat yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan agama Islam.

3. Akulturasi
Akulturasi mengacu pada pengaruh satu kebudayaan terhadap kebudayaan lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan, yang mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan. Antropolog klasik, yaitu Redfield, Linton dan Herkovits mendefinisikan akulturasi yang sebagai fenomena yang dihasilkan ketika dua kelompok yang berbeda kebudayaannya mulai melakukan kontak langsung, yang diikuti oleh perubahan pola kebudayaan asli salah satu atau kedua kelompok itu, yang menjadi unit analisis dari akulturasi adalah setiap kebudayaan yang dimiliki masyarakat tertentu. Sedangkan individu hanyalah menjadi pendukung kebudayaan atau perantara yang menyebarkan kebudayaan kepada individu yang berasal dari masyarakat.