Ma'rifatullah Melalui Pikir dan Zikir
Ma'rifatullah artinya mengenal Allah, yaitu permulaan iman kepada Allah. Alat pengenal yang dimiliki manusia diterangkan dalam Alquran.
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, berbaring, serta memikirkan tentang penciptaan alam semesta, kemudian mereka sampai pada kesimpulan mengakui bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan tertentu, seraya mereka menyatakan kesucian Allah dan mohon perlindungan dari siksa neraka, mereka ini disebut ULIL ALBAB atau AHSANI TAQWIM.
Dengan kata lain seorang Ulil Albab memiliki kualitas zikir, pikir, dan terpenting ialah kualitas iman.
Dari surat Ali Imran ayat 191 di atas dijelaskan kemampuan zikir pada derajat yang maksimal, yaitu berzikir dalam waktu dan keadaan apapun; kemampuan berpikir/mengembangkan pikiran dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya(dilambangkan dengan kejadian langit dan bumi, dan perputaran siang dan malam). Zikir dan pikir hanya akan menemukan kesempurnaannya, apabila diiringi dengan kemampuan beriman.
Pendayagunaan kemampuan zikir dan pendayagunaan kemampuan pikir yang disertai kemampuan iman akan membuahkan ma'rifatullah dan taqarub(mendekatkan diri) ilallah(kepada Allah).
Dalam rangka mengenali Allah melalui pikir dan zikir, Islam berpedoman pada sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Naim. Seperti sabda Rasul;
Tafakkaruu fii khalqillaahi walaa tafakkaruu fii dzaa tillaah
"Pikirkanlah tentang ciptaan Allah tapi jangan sekali-kali kau pikirkan tentang zat Allah".
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, berbaring, serta memikirkan tentang penciptaan alam semesta, kemudian mereka sampai pada kesimpulan mengakui bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan tertentu, seraya mereka menyatakan kesucian Allah dan mohon perlindungan dari siksa neraka, mereka ini disebut ULIL ALBAB atau AHSANI TAQWIM.
Dengan kata lain seorang Ulil Albab memiliki kualitas zikir, pikir, dan terpenting ialah kualitas iman.
Dari surat Ali Imran ayat 191 di atas dijelaskan kemampuan zikir pada derajat yang maksimal, yaitu berzikir dalam waktu dan keadaan apapun; kemampuan berpikir/mengembangkan pikiran dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya(dilambangkan dengan kejadian langit dan bumi, dan perputaran siang dan malam). Zikir dan pikir hanya akan menemukan kesempurnaannya, apabila diiringi dengan kemampuan beriman.
Pendayagunaan kemampuan zikir dan pendayagunaan kemampuan pikir yang disertai kemampuan iman akan membuahkan ma'rifatullah dan taqarub(mendekatkan diri) ilallah(kepada Allah).
Dalam rangka mengenali Allah melalui pikir dan zikir, Islam berpedoman pada sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Naim. Seperti sabda Rasul;
Tafakkaruu fii khalqillaahi walaa tafakkaruu fii dzaa tillaah
"Pikirkanlah tentang ciptaan Allah tapi jangan sekali-kali kau pikirkan tentang zat Allah".