Kehidupan Ekonomi Budaya Kerajaan Mataram Kuno

Dalam lapangan ekonomi, kerajaan Mataram mengembangkan perekonomian agraris karena letaknya di pedalaman dan daerah yang subur tetapi pada perkembangan berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur. Buktinya dari prasasti Wonogiri (903 M) diterangkan bahwa desa-desa di kanan kiri Sungai Bengawan Solo dibebaskan membayar pajak dengan kewajiban menjamin kelancaran hubungan lalu lintas yang melewati Sungai Bengawan Solo. Juga dapat diamati pada relief kapal dagang di Candi Borobudur.

Sumber kekayaan lain adalah pajak yang dipungut sehabis panen setahun 2 kali pada bulan Asuji dan Kartikka (Oktober - November). Barang-barang yang dikenai pajak antara lain: hasil bumi (pangguhan), tanah, perdagangan, dan usaha kerajinan. Petugas pemungut pajak di Watak adalah Panurang, sedang di pusat diurus oleh Pankur, Tawan dan Tirip.

Dalam kehidupan budaya, tentu teknologi yang dicapai Mataram sudah maju, bahkan masyarakat Mataram berhasil mengembangkan budaya asing menjadi budaya baru yang bercirikan Indonesia. Hal ini terlihat adanya penggunaan berbagai huruf dan bahasa yang beraneka ragam dalam prasasti yang dibuatnya. Kemajuan teknologi yang dicapai Mataram dapat dirasakan atau dinikmati sampai sekarang contohnya dapat dilihat pada candi borobudur merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia.