Faktor Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
Terbentuknya nasionalisme Indonesia tidak terlepas dari faktor-faktor berikut ini:
1. Perkembangan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial Belanda hanya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja pada perkantoran-perkantoran milik pemerintah kolonial Belanda dengan gaji yang sangat rendah.
Edukasi sebagai bagian dari Trilogi Van Deventer memiliki peranan yang sangat penting di dalam menentukan nasib bangsa Indonesia di kemudian hari. Edukasi atau pendidikan diberikan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, walaupun tujuan sebenarnya bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Jumlah sekolah untuk kalangan kaum pribumi ditingkatkan. Di samping itu, kaum pribumi dari masyarakat Indonesia diberikan kesempatan untuk belajar di negeri Belanda. Juga di wilayah Indonesia didirikan lembaga tinggi bagi kaum pribumi seperti sekolah dokter (STOVIA) yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta. Sekolah-sekolah tersebut melahirkan sarjana-sarjana yang menjadi motor penggerak dari pergerakan nasional Indonesia. Sementara itu, alam politik di negeri Belanda lebih bebas jika dibandingkan dengan di Indonesia. Mereka yang sedang melanjutkan kependidikan tinggi Belanda juga menjadi motor penggerak dari gerakan nasional Indonesia.
2. Adanya Diskriminasi
Dalam bidang pendidikan terlihat dengan sangat jelas terjadinya diskriminasi, karena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda pada saat itu dilatarbelakangi oleh sistem pelapisan sosial. Dalam kehidupan ekonomi, tampak dengan jelas adanya perbedaan-perbedaan dimana seorang pegawai bangsa Belanda mendapat gaji dua kali lipat daripada pegawai yang berasal dari bangsa Indonesia, walaupun kedudukan maupun jabatannya sama. Mengenal tempat tinggal terjadi pemisahan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Orang-orang Belanda bertempat tinggal di kota yang disebut dengan Europeesche Buurt (Lingkungan Eropa), orang India di kampung Keling, orang Arab di kampung Pekojan, orang Cina di kampung Pecinan dan orang bangsa Indonesia tinggal di perkampungan pinggiran kota atau jauh di luar kota.
3. Pengaruh Paham-Paham Baru
Paham-paham baru yang lahir di Eropa terutama nasionalisme telah mempengaruhi bangsa Asia termasuk Indonesia, sehingga mencapai kemerdekaam seperti Turki, India, Cina dan Restorasi Meiji di Jepang serta kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905. Kemenangan Jepang dirasakan sebagai kemenangan bangsa Asia (kulit berwarna) terhadap bangsa kulit putih (Eropa). Karena pengaruh gagasan-gagasan baru atau modern itulah, maka golongan elit menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus dilakukan dengan menggunakan organisasi modern. Organisasi modern adalah merupakan cara baru dalam perjuangan bangsa Indonesia, yaitu cara berjuang dengan menggunakan tenaga persatuan dalam organisasi pergerakan politik kebangsaan.
1. Perkembangan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial Belanda hanya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja pada perkantoran-perkantoran milik pemerintah kolonial Belanda dengan gaji yang sangat rendah.
Edukasi sebagai bagian dari Trilogi Van Deventer memiliki peranan yang sangat penting di dalam menentukan nasib bangsa Indonesia di kemudian hari. Edukasi atau pendidikan diberikan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, walaupun tujuan sebenarnya bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Jumlah sekolah untuk kalangan kaum pribumi ditingkatkan. Di samping itu, kaum pribumi dari masyarakat Indonesia diberikan kesempatan untuk belajar di negeri Belanda. Juga di wilayah Indonesia didirikan lembaga tinggi bagi kaum pribumi seperti sekolah dokter (STOVIA) yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta. Sekolah-sekolah tersebut melahirkan sarjana-sarjana yang menjadi motor penggerak dari pergerakan nasional Indonesia. Sementara itu, alam politik di negeri Belanda lebih bebas jika dibandingkan dengan di Indonesia. Mereka yang sedang melanjutkan kependidikan tinggi Belanda juga menjadi motor penggerak dari gerakan nasional Indonesia.
2. Adanya Diskriminasi
Dalam bidang pendidikan terlihat dengan sangat jelas terjadinya diskriminasi, karena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda pada saat itu dilatarbelakangi oleh sistem pelapisan sosial. Dalam kehidupan ekonomi, tampak dengan jelas adanya perbedaan-perbedaan dimana seorang pegawai bangsa Belanda mendapat gaji dua kali lipat daripada pegawai yang berasal dari bangsa Indonesia, walaupun kedudukan maupun jabatannya sama. Mengenal tempat tinggal terjadi pemisahan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Orang-orang Belanda bertempat tinggal di kota yang disebut dengan Europeesche Buurt (Lingkungan Eropa), orang India di kampung Keling, orang Arab di kampung Pekojan, orang Cina di kampung Pecinan dan orang bangsa Indonesia tinggal di perkampungan pinggiran kota atau jauh di luar kota.
3. Pengaruh Paham-Paham Baru
Paham-paham baru yang lahir di Eropa terutama nasionalisme telah mempengaruhi bangsa Asia termasuk Indonesia, sehingga mencapai kemerdekaam seperti Turki, India, Cina dan Restorasi Meiji di Jepang serta kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905. Kemenangan Jepang dirasakan sebagai kemenangan bangsa Asia (kulit berwarna) terhadap bangsa kulit putih (Eropa). Karena pengaruh gagasan-gagasan baru atau modern itulah, maka golongan elit menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus dilakukan dengan menggunakan organisasi modern. Organisasi modern adalah merupakan cara baru dalam perjuangan bangsa Indonesia, yaitu cara berjuang dengan menggunakan tenaga persatuan dalam organisasi pergerakan politik kebangsaan.