Kelompok Pergerakan Nasional Pendudukan Jepang

Pemerintah Jepang sebenarnya juga ingin memanfaatkan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia untuk dapat memberikan dukungan terhadap kekuasaan Jepang di Indonesia dalam menghadapi pengaruh barat dan tentara Sekutu. Akibatnya timbul berbagai sikap dan kelompok di lingkungan para tokoh pergerakan nasional:
1. Kelompok Pangreh Praja dan Pegawai
masih mempertahankan sikap konservatif. Oleh karena takut kehilangan kedudukan dan jabatan, kelompok ini menjadi ini cenderung menjadi pengikut penguasa.
2. Kelompok Nasionalis Non agama
Di bawah pimpinan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Mereka memahami, begitu keras dan kejamnya tentara Jepang. Dengan pertimbangan yang lebih pragmatis, begitu keras dan kejamnya tentara Jepang. Dengan pertimbangan yang lebih pragmatis, mereka mengambil sikap mau bekerja sama (kooperasi) dengan Jepang. Namun mereka sadar bahwa ini semata-mata sebagai cara untuk berjuang menuju Indonesia merdeka, bukan hanya ingin jadi anteknya Jepang.
3. Kelompok Santri dan Ulama Islam
juga dinamakan dengan kelompok nasionalis agama. Kelompok ini merupakan kekuatan dan memiliki pengaruh cukup besar di dalam masyarakat. Oleh karena itu, Jepang sangat tertarik bekerja sama dan merekrut orang-orang Islam.
4. Kelompok Sosialis
Di bawah pimpinan Sutan Syahrir ini bersikap antifasisme Jepang. Kelompok Syahrir ini termasuk penduduk faham demokrasi parlementer dari Barat.
5. Kelompok Komunis
Di bawah pimpinan Amir Syarifuddin dikenal antikapitalisme, tetapi sekaligus antifasisme. Oleh karena itu, wajar kalau kelompok inti anti Jepang.
6. Kelompok Pemuda
ada dua macam: kelompok pemuda yang lebih condong ke komunis, di bawah pimpinan Tan Malaka, markasnya di Menteng 31 Jakarta. Mereka umumnya bekerja pada Sendenbu. Kemudian kelompok pemuda Kaigun (pegawai-pegawai pada Dinas Angkatan Laut Jepang) di bawah pimpinan Ahmad Subarjo.