Langkah Pembuatan Tenun Ulos dari Batak
Langkah pembuatan benang, pewarnaan, gatip, unggas, ani, tonun, sirat dari tenun ulos sebagai berikut:
1. Pembuatan benang
Proses pemintalan kapas sudah dikenal masyarakat batak dulu yang disebut "mamipis" dengan alat yang dinamai "sorha". Sebelumnya hapas "dibebe" untuk mengembangkan dalam mempermudah pemintal membentuk keseragaman ukuran. Seorang memintai dan seorang memutar sorha. Kemudian sorha ini disederhanakan dengan mengadopsi teknologi yang dibawa oleh Jepang semasa penjajahan. Sorha yang lebih modern dapat melakukan pemintalan dengan tenaga satu orang.
2. Pewarnaan
Ulos adalah sehelai kain tenunan yang dirangkai menggunakan motif khusus yang disebut "gatip" ulos itu terbuat dari benang, benang dipintai dari kapas. Benang awalnya berwarna putih, dan untuk mendapatkan warna merah disebut "manubar" dan untuk mendapatkan warna hitam disebut "mansop". Bahan pewarna ulos terbuat dari bahan daun-daunan berbagai jenis yang difermentasi sehingga warna yang dikehendaki. Bahan tambahan pewarnaan dari proses fermentasi ini disebut "Itom" yang pada era tahun 60 an masih ada ditemukan di pasaran toba. Orang yang melakukan pewarnaan benang ini disebut "parsigira".
3. Gatip
Rangkaian grafis yang ditemukan dalam ulos diciptakan pada saat benang diuntai dengan ukuran standard. Untaian ini disebut "humpalan". Satuan jumlah penggunaan benang untuk bahan tenun disebut "sanghumpal, dua humpal" dst. Gatup dibuat sebelum pewarnaan dilakukan. Benang yang dikehendaki tetap berwarna putih, diikat dengan bahan pengikat terdiri dari serat atau daun serai.
4. Unggas
adalah proses pencerahan benang. Pada umumnya benang yang selesai ditubar atau disop, warnanya agak kusam. Benang ini diunggas untuk memberikan kesan lebih cemerlang. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut "pangunggas" dengan peralatan "pangunggasan". Benang dilumuri dengan nasi yang dilumerkan itu biasanya disebut "indahan ni bonang". Benang yang sudah diunggas sifatnya agak kenyal dan semakin terurai setelah dijemur di bawah sinar matahari terik.
5. Ani
Benang yang sudah selesai diunggas selanjutnya memasuki proses penguntaian yang disebut "mangani". Namun untuk mempermudah mangani, benang sebelumnya digulung dalam bentuk bola. Alat yang dibutuhkan adalah "anian" yang terdiri dari sepotong balok kayu yang diatasnya ditancapkan tongkat pendek sesuai ukuran ulos yang dikehendaki. Dalam proses ini, kepiawaian pangani sangat menentukan keindahan ulos sesuai ukuran dan perhitungan jumlah untaian benang menurut komposisi warna.
6. Tonun
adalah proses pembentukan benang yang sudah diani menjadi sehelai ulos. Mereka ini yang lazim disebut "portonun".
7. Sirat
Proses terakhir menjadikan ulos yang utuh adalah "manirat". Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut "panirat". Sirat adalah hiasan pengikat rambut ulos. Biasanya dibentuk dengan motif gorga.
2. Pewarnaan
Ulos adalah sehelai kain tenunan yang dirangkai menggunakan motif khusus yang disebut "gatip" ulos itu terbuat dari benang, benang dipintai dari kapas. Benang awalnya berwarna putih, dan untuk mendapatkan warna merah disebut "manubar" dan untuk mendapatkan warna hitam disebut "mansop". Bahan pewarna ulos terbuat dari bahan daun-daunan berbagai jenis yang difermentasi sehingga warna yang dikehendaki. Bahan tambahan pewarnaan dari proses fermentasi ini disebut "Itom" yang pada era tahun 60 an masih ada ditemukan di pasaran toba. Orang yang melakukan pewarnaan benang ini disebut "parsigira".
3. Gatip
Rangkaian grafis yang ditemukan dalam ulos diciptakan pada saat benang diuntai dengan ukuran standard. Untaian ini disebut "humpalan". Satuan jumlah penggunaan benang untuk bahan tenun disebut "sanghumpal, dua humpal" dst. Gatup dibuat sebelum pewarnaan dilakukan. Benang yang dikehendaki tetap berwarna putih, diikat dengan bahan pengikat terdiri dari serat atau daun serai.
4. Unggas
adalah proses pencerahan benang. Pada umumnya benang yang selesai ditubar atau disop, warnanya agak kusam. Benang ini diunggas untuk memberikan kesan lebih cemerlang. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut "pangunggas" dengan peralatan "pangunggasan". Benang dilumuri dengan nasi yang dilumerkan itu biasanya disebut "indahan ni bonang". Benang yang sudah diunggas sifatnya agak kenyal dan semakin terurai setelah dijemur di bawah sinar matahari terik.
5. Ani
Benang yang sudah selesai diunggas selanjutnya memasuki proses penguntaian yang disebut "mangani". Namun untuk mempermudah mangani, benang sebelumnya digulung dalam bentuk bola. Alat yang dibutuhkan adalah "anian" yang terdiri dari sepotong balok kayu yang diatasnya ditancapkan tongkat pendek sesuai ukuran ulos yang dikehendaki. Dalam proses ini, kepiawaian pangani sangat menentukan keindahan ulos sesuai ukuran dan perhitungan jumlah untaian benang menurut komposisi warna.
6. Tonun
adalah proses pembentukan benang yang sudah diani menjadi sehelai ulos. Mereka ini yang lazim disebut "portonun".
7. Sirat
Proses terakhir menjadikan ulos yang utuh adalah "manirat". Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut "panirat". Sirat adalah hiasan pengikat rambut ulos. Biasanya dibentuk dengan motif gorga.