Tahap Pembuatan Songket Minangkabau
Pembuatan tenun songket minangkabau pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap:
- Tahap pertama adalah menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos. Pada tahap pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar dihubungkan ke paso. Posisi benang yang membujur ini oleh masyarakat minang disebut "benang tagak". Setelah itu, benang-benang tersebut direnggangkan dengan alat yang disebut palapah. Pada waktu memasukkan benang-benang yang arahnya melintang, benang tagak direnggangkan lagi dengan palapah. Pemasukan benang-benang yang arahnya melintang ini menjadi relatif mudah karena masih dibantu dengan alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin menggerakkan karok dengan menginjak salah satu tijak panta untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri akan membentuk kain dasar.
- Tahap kedua adalah menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang mas atau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau supplementary weft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang lusi ditentukan dengan alat yang disebut pancukie yang terbuat dari bambu. Konon, pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang makao itu harus dihitung satu persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Setelah jalur benang makao itu dibuat dengan pancukie. Maka ruang untuk meletakkan turak itu diperbesar dengan alat yang disebut palapah. Selanjutnya benang tersebut dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.