10 Konsep Esensial Geografi

Banyak para ahli yang memberikan konsep-konsep tentang geografi sehingga perlu dibentuk konsep dasar bagi perkembangan geografi di Indonesia. Oleh karena itu, diselenggarakan Seminar dan lokakarya ahli geografi tahun 1998 yang menghasilkan kesepakatan berupa 10 konsep esensial geografi sebagai berikut:

2. Konsep Jarak

Jarak adalah ruang (space) antara dua titik atau ruang antara dua objek yang bisa ditentukan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal dua jenis jarak sebagai berikut:
  1. Jarak Mutlak/absolut, yaitu apabila ruang antara dua titik tersebut diukur dengan suatu alat ukur yang baku dan hasil pengukuran itulah disebut jarak mutlak. Misalnya, jarak Jakarta ke Bandung 65 km itu mutlak karena siapa pun yang melakukan pengukuran secara benar dan menggunakan alat ukur yang standar akan berkesimpulan jaraknya adalah 65 km meskipun pengukuran dilakukan berulang-ulang.
  2. Jarak Relatif, yaitu dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu, misalnya faktor ekonomi, psikologis, waktu. Dengan menggunakan faktor ekonomi, jarak biasanya diukur dengan biaya transportasi (ongkos), lama perjalanan. Jadi, suatu tempat yang tampak jauh menjadi relatif dekat karena tersedianya berbagai faktor penunjang seperti sarana transportasi yang memadai.

3. Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan tidak selalu berhubungan dengan jarak, tetapi lebih berhubungan dengan kondisi medan yang berkaitan dengan sarana angkutan atau transportasi yang digunakan. Suatu tempat yang tidak memiliki jaringan transportasi atau komunikasi yang memadai dapat dikatakan daerah terisolir atau terpencil. Rintangan medan yang berupa rangkaian pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-rawa atau gurun pasir yang luas merupakan contoh penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari tempat-tempat lain meskipun tempat itu relatif tidak jauh dari tempat-tempat lain. Faktor sosial yang berupa bahasa, adat istiadat, serta sikap penduduk yang berlainan dapat pula dijadikan faktor penyebab kurang terjangkaunya suatu tempat.

4. Konsep Pola

Geografi mempelajari pola-pola, bentuk dan persebaran fenomena di permukaan bumi. Geografi juga berusaha memahami makna dan pola-pola tersebut serta berusaha untuk memanfaatkannya. Pola keterkaitan dengan susunan, bentuk dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi. Fenomena yang dipelajari adalah fenomena alami, seperti aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah dan fenomena sosial, seperti persebaran penduduk, mata pencaharian dan pemukiman. Contoh penerapan konsep pola di kawasan perkotaan, yaitu manusia membangun kawasan pusat perbelanjaan dengan pola sedemikian rupa agar mudah dijangkau masyarakat dari arah mana saja.

5. Konsep Morfologi

Morfologi adalah gambaran tentang bentuk permukaan bumi yang disebabkan oleh proses dari dalam bumi (endogen) dan proses yang terjadi di luar bumi (eksogen). Proses endogen, meliputi lipatan, gerakan lempeng kerak bumi dan kerak samudra, pengangkatan, penurunan, serta gempa bumi. Adapun proses eksogen meliputi angin, panas matahari, pelapukan, abrasi, erosi, pengelupasan, pengendapan. Konsep morfologi ini memiliki pengaruh yang besar terhadap upaya manusia dalam memanfaatkan alam. Manusia biasanya menempati daerah-daerah yang relatif datar dengan kondisi tanah yang subur dan keadaan airnya cukup bagus. Hal ini di samping cocok untuk lahan pertanian, juga lebih mudah membangun pola-pola hubungan dengan wilayah sekitarnya. Sebaliknya, wilayah yang merupakan dataran tinggi dan pegunungan memiliki daya keterjangkauan yang relatif terbatas.

6. Konsep Aglomerasi

Aglomerasi adalah kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan paling menguntungkan. Penduduk perkotaan cenderung tinggal mengelompok pada tingkat sosial yang sejenis sehingga timbul daerah-daerah permukaan elit, daerah tempat tinggal pedagang yang selanjutnya dikenal dengan nama segregasi. Selain itu, juga terdapat daerah pemukiman kumuh dan perumahan sederhana yang sebagian besar pegawai negeri. Di daerah pedesaan, permukiman masih menggerombol khususnya di daerah dataran rendah yang subur. Sebaliknya, makin sedikit daerah yang datar maka semakin terpencar permukiman penduduk pedesaan atau paling tidak berbentuk linear.

7. Konsep Kegunaan

Konsep kegunaan adalah suatu wilayah yang tergantung pada kemampuan wilayah tersebut. Hal-hal yang memengaruhi, misalnya lokasi dan letak, relief, kesuburan tanah, tata air. Contohnya, penduduk yang tinggal di daerah pegunungan beranggapan bahwa daerah pegunungan tidak memiliki nilai kegunaan karena mereka berorientasi pada sumber-sumber pertanian di daerah dataran subur di bagian bawah (kaki gunung). Sebaliknya, penduduk kota menganggap pegunungan dapat menghilangkan penat akan hiruk pikuk suasana perkotaan.

8. Konsep Interaksi dan Interdependensi

Interaksi adalah hubungan secara timbal balik antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya atau antara objek satu dengan objek yang lainnya. Interdependensi adalah hubungan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya memiliki pola pikir yang relatif berbeda dalam mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada sehingga hasil dari pengembangan potensi tersebut juga berbeda-beda. Bentuk interaksi tersebut, misalnya proses pengangkutan hasil pertanian dari desa ke kota proses pengangkutan mesin pertanian dari kota ke desa. Interaksi keruangan terjadi antara unsur atau fenomena setempat dengan fenomena alam ataupun kehidupan.

9. Konsep Deferensiasi Area

Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara unsur limgkungan alam dan kehidupan. Hasil perpaduan ini akan menghasilkan ciri khas bagi suatu wilayah. Misalnya, wilayah perkotaan yang terdiri atas area perumahan mempunyai pola yang saling berkaitan seperti jarak terhadap jalan dekat, jarak terhadap pusat pendidikan dekat, jarak terhadap fasilitas kesehatan dekat, jarak terhadap pusat perbelanjaan dekat.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan

Setiap ruang yang ada di permukaan bumi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Konsep keterkaitan ruang menunjukkan hubungan antara suatu fenomena tersebut dapat berupa fenomena alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun fenomena sosial. Misalnya, keterkaitan antara tingkat erosi dengan kesuburan tanah. Semakin besar tingkat erosi maka kesuburan tanah semakin berkurang.